GridHEALTH.id - Penggunaan pil KB, selain bertujuan membatasi jumlah anak, kontrasepsi juga menjadi solusi bagi para perempuan yang kerap mengalami gangguan hormonal sekaligus melancarkan siklus haid bulanan.
Salah satunya melalui penggunaan kontrasepsi hormonal seperti pil KB maupun suntik. Meski begitu, banyak perempuan yang lebih menyukai penggunaan pil karena dapat dikonsumsi di rumah serta tidak membutuhkan banyak tindakan tertentu.
Pun dengan harganya yang lebih terjangkau serta mudah ditemukan di berbagai apotik bebas. Pil KB juga memiliki tingkat efektivitas hingga 99 % dibanding kontrasepsi hormonal lainnya.
Namun, di balik kemampuannya untuk mencegah kehamilan serta membuat perempuan tetap sehat, tak banyak yang tahu tentang sejarah,kandungan, hingga cara kerja di balik pil KB ini.
Dikutip dari Kompascom (27/9/2018), kontrasepsi pertama kali ditemukan pada tahun 1882 oleh Aletta Jacobs, seorang dokter perempuan yang membuat kontrasepsi mekanik berupa diafragma.
Berawal dari penemuan inilah, penemuan akan kontrasepsi modern kian berkembang, terutama hadirnya pil KB yang dibuat pada tahun 1950-an oleh Gregory Pincus dan John Rick dengan bantuan dari Federasi Keluarga Berencana Amerika.
Baca Juga: Sedang Konsumsi Pil KB Tetap Bisa Hamil Akibat 7 Kesalahan Ini
Baca Juga: Wiku Adisasmito : 'Tujuan Vaksin Covid-19 Memang Untuk Menciptakan Herd Immunity'
Pil ini kemudian mulai diperkenalkan ke publik sekitar tahun 1960-an. Saat ini, pil KB terbagi atas dua pilihan yaitu pil KB mini dengan kandungan progrestin dan pil KB kombinasi dengan kandungan progestin dan estrogen.
Keduanya sama-sama berfungsi untuk mencegah kehamilan, bedanya hanya terletak pada kandungan zat di dalamnya. Namun, tidak semua orang bisa menggunakan pil KB yang sama, sebab biasanya dokter akan memilihkan pil KB sesuai dengan kondisi masing-masing pasiennya.
Lihat postingan ini di Instagram
Pil Mini
Pil mini merupakan pil dengan kandungan progresteron dosis rendah, dengan kandungan 0,03-0,05 mg per tablet.
Meski kadarnya rendah, pil ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu kemasan 28 pil dengan kandungan 75 mikrogram desogestrel dan kemasan 35 pil dengan 300 mikrogram levonogestrel.
Kedua pil ini dikonsumsi satu tablet setiap hari di waktu yang sama tanpa terkecuali. Tingkat keberhasilannya didasarkan pada konsistensi serta ketepatan waktu konsumsi dengan efektivitas 98,5%.
Pil ini kemudian bekerja dengan cara mengubah kekentalan lendir serviks dan dinding uterus untuk menghambat penetrasi sperma, ini juga memperlambat atau mempengaruhi siklus ovulasi.
Pil mini juga memiliki berbagai manfaat, diantaranya yaitu cocok digunakan bagi penderita diabetes yang tidak mengalami komplikasi, tidak memengaruhi kualitas ASI, hingga mengurangi anemia dan jumlah darah haid.
Baca Juga: Viral, Eksperimen Sosial Tunjukkan Bagaimana Virus Corona Menyebar di Restoran
Meski begitu, pil mini juga memiliki kekurangan. Tak jarang perempuan tidak mengalami menstruasi sama sekali atau menstruasi dengan jadwal tidak teratur.
Konsumsi pil mini juga tidak dapat diberikan pada perempuan yang memiliki riwayat kanker, penyakit hati, miom uterus, kehamilan ektopik, hingga perempuan yang memiliki riwayat stroke.
Pil Kombinasi
Memiliki dua kandungan hormon, pil kombinasi merupakan salah satu pil yang paling banyak dikonsumsi para perempuan. Mengingat efektivitasnya yang berada di angka 99 persen, lebih tinggi dari dibandingkan penggunaan pil mini.
Mirip dengan pil mini, pil kombinasi juga terdiri dari dua jenis atau paket. Paket pertama terdiri atas 21 pil dan paket kedua 28 pil.
Kedua paket ini sesungguhnya hanya terdiri atas 21 pil, tujuh pil tambahan pada paket 28 merupakan pil kosong tanpa hormon yang berfungsi sebagai pil pengingat sebelum membuka setrip selanjutnya.
Penggunaannya pun serupa, pil dikonsumsi setiap hari di jam yang sama. Bedanya, pada minggu keempat, paket 21 pil tidak perlu mengonsumsi pil KB selama satu minggu kedepan.
Sebab, minggu tersebut merupakan siklus menstruasi bagi para penggunanya. Cara kerja pil ini ialah dengan memperlambat transportasi ovum, menebalkan lendir dan daerah serviks, hingga mempersulit sel telur untuk menempel pada dinding uterus.
Baca Juga: Benarkah Persalinan Sesar Merupakan Warisan? Ini Jawaban Dokter
Baca Juga: Hanya Di Indonesia, Gorengan Jadi Makanan Favorit Berbuka Puasa
Baca Juga: Tak Ada Kasus Corona, Negara Ini Klaim Rahasianya Karena Pohon Kelapa
Penggunaan pil kombinasi jangka panjang juga memiliki beragam manfaat. salah satunya mengurangi risiko kanker rahim dan endometrium, mencegah kehamilan ektopik, hingga mengurangi keluhan nyeri haid dan mengobati jerawat.
Penggunaan pil kombinasi juga dapat digunakan bagi perempuan pengidap diabetes (tanpa komplikasi), pengidap tiroid, varises, hingga perempuan dengan endometriosis.
Namun, di balik fleksibilitas pengguna dan efektivitasnya yang tinggi, pil ini tidak dapat digunakan untuk ibu hamil, tekanan darah tinggi (dengan batasan tertentu), serta kelainan atau gangguan fungsi hati.
Meski begitu, informasi ini merupakan bagian dari edukasi secara garis besar.
Baca Juga: 3 Penyebab Pusing Saat Puasa, Waspadai Turunnya Gula Darah Tiba-tiba
Baca Juga: Siap ‘Berdamai’ Dengan Virus Corona, Ketahui Juga Strategi Mengalahkan Virus Mematikan Ini
Baca Juga: Studi: Probiotik yang Terdapat Dalam Yoghurt Dapat Meredakan Batuk
Mereka yang mungkin tertarik dengan penggunaan pil KB dapat mengunjungi tenaga medis terlebih dahulu untuk menentukan jenis pil KB mana yang tepat untuk kondisi tubuh. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Bayer Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar