GridHEALTH.id - Jenazah Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J telah selesai diautopsi di RSUD Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi. Keluarga Brigadir J menangis histeris ketika jenazah Brigadir J diautopsi ulang.
Sebelumnya, kejadian adu tembak sesama anggota Polri mengakibatkan Brigadir J meninggal dunia dengan sejumlah luka tembak di Rumah Dinas Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo pada Jumat, (08/07/2022) di rumah dinas Polri di Jakarta.
Setelah diautopsi ulang, jenazah Brigadir J akan kembali dimakamkan. Petugas kepolisian terlihat sudah membawa peti jenazah Brigadir J untuk dikembalikan ke pemakaman.
Autopsi ulang melibatkan sejumlah dokter forensik dari berbagai rumah sakit dan universitas yang dipimpin oleh Kepala Departemen Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Ade Firmansyah Sugiharto.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan kapan hasil autopsi ulang ini keluar akan disampaikan oleh dr Ade Firmansyah Sugiharto.
"Nanti dari dokter Ade yang mimpin langsung pelaksanaan autopsi ulang yang berkompeten untuk menyampaikan. Saya tidak berkompeten untuk menyampaikan tersebut," kata Dedi di RSUD Sungai Bahar, Jambi, dikutip dari Kompas.com (27/07/2022).
Meskipun kita sering mendengar istilah 'autopsi' yang dikerjakan oleh dokter forensik, mungkin hanya sedikit yang tahu bagaimana dokter itu bekerja.
Setelah menjalaninya, dokter forensik, bekerja sama dengan ahli patologi akan bisa mengumumkan penyebab kematian seseorang.
Dikutip dari IDN Times, ini tujuh langkah yang biasanya dilakukan dokter forensik dalam mengindentifikasi penyebab kematian mayat;
Baca Juga: Dari Hasil Autopsi, Polisi Ungkap Tersangka Kasus Kematian Siswi SMP yang Tewas di Gorong-gorong
Baca Juga: Healthy Move, Ini Latihan yang Dapat Membantu Mengiduksi Persalinan
1. Pemeriksaan identitas mayat
Proses pertama adalah inspeksi internal dengan mengungkap identifikasi siapa mayat tersebut. Akan lebih mudah dan berlangsung singkat bila ditemukan kartu identitas di sekitar tubuh mayat.
Identifikasi juga bisa dilakukan dengan melihat ciri-ciri fisik mayat. Mulai dari warna mata, warna rambut, panjang rambut, etnisitas, jenis kelamin, hingga perkiraan usia.
Proses akan lebih sulit jika ditemukan mayat yang sudah hancur, busuk, atau baru saja diambil setelah tenggelam berhari-hari. Sulit untuk mengidentifikasi tubuh yang sudah tak terlihat seperti manusia itu. Apalagi bila tidak ada identitas di sekitarnya seperti kartu pengenal.
2. Pemeriksaan eksternal
Dokter atau petugas forensik kemudian melucuti semua kain yang menempel pada jasad untuk memeriksa tanda-tanda kematian di permukaan tubuh.
Hal ini meliputi bekas luka tusuk, warna-warna yang tak normal pada kulit, memar, tanda-tanda patah tulang, tato, hingga residu bubuk peluru.
Terkadang x-ray juga dilakukan untuk melihat adakah ketidaknormalan pada tulang, letak peluru, dan tanda-tanda lainnya. Dalam proses ini, ahli patologi juga mengambil sampel rambut atau kuku untuk keperluan pemeriksaan DNA.
3. Tubuh akan dibedah, tulang rusuk dipatahkan
Baca Juga: WHO Rilis Laporan Terbaru, Tenggelam Ada di Urutan Utama Penyebab Kematian Anak di Dunia
Baca Juga: 6 Manfaat Buah Apel Hijau Granny Smith, Mampu Melawan Sel Kanker!
Setelah pemeriksaan eksternal selesai, dokter melanjutkan autopsi dengan membedah tubuhmu.
Untuk laki-laki, mereka membuat irisan berbentuk "Y" yang dimulai dari kedua tulang pundak, turun ke dada, hingga ke area kemaluan.
Sedangkan jika jasad adalah perempuan, cabang "Y" dibuat dua kali, yakni di tulang pundak dan di bawah payudara.
Setelah pembedahan selesai, langkah berikutnya adalah melihat kondisi organ dalam mayat. Namun sebelum itu, tulang rusuk harus dipatahkan terlebih dahulu sehingga pemeriksaan menjadi lebih mudah.
4. Semua organ dalam dipotong dan dipisahkan untuk diperiksa lebih lanjut
Langkah berikutnya adalah memotong semua organ yang terhubung dengan satu sama lain dan tulang belakang.
Setelah semuanya terpisah, organ akan diperiksa satu per satu. Adakah organ yang terserang penyakit, adakah jaringan yang sobek akibat tusukan, tembakan, racun, sisa makanan, dan lain sebagainya.
Semuanya harus benar-benar diperiksa secara teliti. Terkadang organ sampai harus disimpan ke dalam formalin agar tidak membusuk sebelum pembedahan selesai. Cairan tersebut juga bisa menjaga tekstur organ agar tidak berubah.
5. Otak, cairan tubuh, dan semua jaringan diambil dan diperiksa
Baca Juga: Kesetrum, Ini Pertolongan Pertama Tersengat Listrik Harus Dilakukan
Baca Juga: Terapi Asam Urat Alami, Perubahan Pola Makan Hingga Rutin Minum Kopi
Organ berikutnya yang perlu diperiksa adalah otak. Kulit kepala dan tengkorak harus dibuka untuk melakukannya.
Petugas forensik akan membuka tempurung secara horizontal tepat di atas tulang telinga. Mereka mengibaratkannya seperti mengupas rambutan.
Setelahnnya, otak akan diambil dan ditimbang. Kenapa ini perlu dilakukan? Ternyata berat organ tersebut bisa menentukan penyebab kematian.
Otak orang yang bunuh diri sedikit lebih berat daripada otak orang yang meninggal karena overdosis.
Dari otak, pemeriksaan dilanjutkan dengan melihat cairan tubuh, darah, bola mata, urine, hati, dan lain-lain. Semua jaringan diambil sampelnya dan menjalani berbagai tes yang berkaitan.
6. Bila telah selesai, tubuh akan dikembalikan lagi seperti asalnya.
Tubuh yang baru saja menjalani proses autopsi akan dikembalikan lagi seperti asalnya. Semua organ dan tulang disusun kembali agar tubuh menjadi utuh.
Jahitan untuk menyatukan semua organ disebut sebagai "baseball stitches" karena bentuk jahitan biasanya cukup kasar seperti pola pada bola bisbol.
Namun ada pula kondisi di mana organ-organ yang telah diperiksa dibuang atau diawetkan di dalam kulkas. Ada pula tubuh yang harus dikremasi. Biasanya ini dilakukan untuk jasad-jasad yang sudah tidak berbentuk dan membusuk.
Baca Juga: Bikin Langsing sampai Mata Jadi Sehat, 5 Manfaat Buah Kedondong
Sebagai catatan, semua proses ini harus dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan keinginan keluarga.
7. Identifikasi penyebab kematian dapat disimpulkan
Mengungkap kematian jenazah yang tidak wajar cukup menguras ahli forensik karena mereka harus super hati-hati sebelum menyimpulkan penyebab kematian.
Contohnya, banyak pembunuhan yang ditutupi dengan alibi, seolah-olah korban matinya bunuh diri.
Autopsi akan membuktikan apakah ini benar terjadi karena proses kematian seseorang yang bunuh diri dan yang dibunuh pasti menghasilkan cedera yang berbeda pada tubuhnya.
Contoh, seseorang ditenggelamkan ke dalam bak mandi hingga mati sebelum akhirnya digantung.
Jika kita hanya melihat tempat kejadian perkara, tentu kita akan berasumsi bahwa orang ini meninggal karena bunuh diri. Namun jika autopsi dijalankan, semua akan terbongkar.
Paru-paru orang yang tenggelam akan terlihat berbeda. Permukaannya dihiasi oleh bercak-bercak merah tua yang merupakan tanda dari pecahnya alveolus karena air yang memaksa masuk.
Sedangkan pada orang yang meninggal karena gantung diri, tanda tersebut tak mungkin muncul.
Baca Juga: Cacar Monyet, AS Melaporkan Kasus Pertama Virus Ini Muncul Pada Anak, Bisa Lebih Berbahaya
Baca Juga: Darurat Gelombang Panas di Eropa, Ini Tanda-tanda Fisik yang Harus Diperhatikan Dalam Suhu Ekstrem
Hal ini juga bisa dilihat dari tampak luka pada jeratan tali yang digunakan. Semua pemeriksaan baik yang eksternal maupun internal harus digabungkan untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Dapat disimpulkan pekerjaan dokter forensik dan tim ahlinya membutuhkan kekhususan keahlian, disertai keberanian yang kuat, pemikiran yang kritis, rasa keadilan yang tinggi untuk memeriksa semua kemungkinan yang ada.
Sehingga diharapkan, bagi korban utamanya pembunuhan, dia akan mendapatkan 'keadilan' yang layak karena penyebab kematiannya dapat diungkap dengan jelas. (*)
Source | : | Kompas.com,IDN Times,Live Science |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar