GridHEALTH.id - Kita lebih akrab mendengar istilah KB untuk wanita. Nama jenis kontrasepsi untuk wanita pun, seperti pil KB, IUD, suntik, implan, tubektomi, lebih sering kita dengar.
Mungkin hanya sedikit dari kita yang bisa menjawab, kondom atau vasektomi, ketika ditanya jenis KB pria.
Bukan hanya soal popularitas, dari segi penelitian pun, kontrasepsi pria sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan rekannya, KB untuk wanita.
Sebabnya, kontrasepsi pria dianggap sangat “mudah”. Contohnya untuk pria yang aktif secara seksual, “pullout” atau ejakulasi di luar vagina adalah metode kontrasepsi yang paling sering digunakan.
Kedua adalah kondom. Meskipun ada yang menganggap penggunaan kondom mengurangi sensasi nikmat saat bercinta, ternyata pemasangannya masih lebih mudah.
Selain itu, sejak dulu kontrasepsi didesain kebanyakan untuk wanita karena kehamilan memiliki risiko kematian. Itulah mengapa dirasa perlu mencegah kehamilan, terlebih yang tidak direncanakan.
Baca Juga: Studi : Semakin Besar Kemaluan, Pria Makin Malas Pakai Kontrasepsi
Baca Juga: Masyarakat Masih Banyak Tak Paham Soal Virus Corona, Ini Penjelasan Lengkapnya
Di sisi lain, pria tidak menghadapi risiko serupa sehingga urgensi untuk kontrasepsi pria ketimbang wanita juga tidak sama.
Meskipun kontrasepsi untuk pria tidak atau kurang popular, disarikan dari WebMD dan Kompas Health, setidaknya ada 4 jenis kontrasepsi untuk pria;
1. Ejakulasi di luar senggama terputus (coitus interruptus)
Adalah bentuk kontrasepsi pria yang tertua di dunia dan masih sering dipraktikkan hingga saat ini. Sekitar 35 juta pasangan di seluruh dunia bergantung pada teknik ini untuk pencegahan kehamilan darurat.
Saat berhubungan seks, pria akan menarik penisnya keluar dari dalam vagina ketika ia merasa akan ejakulasi atau sebelum mencapainya.
Ejakulasi akan dilakukan terpisah, di luar dan menjauhi vagina, dengan sangat berhati-hati agar air mani tidak menetes atau tumpah ke vulva wanita.
Penerapan metode ini bebas hormon dan praktis, juga tidak butuh biaya sama sekali. Namun ejakulasi di luar efektif apabila ada komitmen bersama dari kedua pihak.
Plus dibutuhkan kemahiran pengendalian diri. Ejakulasi adalah refleks spontan dan tak ada pria di dunia ini yang benar-benar bisa memastikan kapan ia akan orgasme dan ejakulasi.
Baca Juga: Indonesia Hindari Lockdown, Apakah Herd Immunity Akan Jadi Skenario?
Baca Juga: Korban Virus Corona Melonjak Tajam, Menkes Ekuador Undur Diri
Menurut Planned Parenthood, 4 dari 100 wanita akan hamil dari partner pria yang menggunakan metode senggama terputus. Artinya, peluang hamil dari metode ini adalah 4%.
Persentase ini cukup tinggi dibandingkan dengan tingkat kegagalan kondom yang hanya 2% jika digunakan secara tepat. Metode ini juga tidak mencegah penularan penyakit menular seksual meskipun tidak terjadi kehamilan.
2. Kondom
Catatan sejarah melaporkan bahwa kondom tertua yang pernah ditemukan berasal dari tahun 1642, namun penggunaannya sendiri sudah dimulai sejak 12.000 tahun lalu.
Cara pakai kondom cukup sederhana dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Kondom juga banyak tersedia dan mudah dicari di pasaran.
Jika digunakan dengan benar saat melakukan hubungan seksual, efektivitas kondom mencapai 98 %. Selain mencegah kehamilan, kondom juga melindungi dua belah pihak dari penyakit kelamin yang menular.
Tetapi efektif tidaknya kondom untuk mencegah kehamilan ditentukan dari ukuran yang pas dan cara pemakaiannya (dan pelepasannya) yang benar.
Ukuran yang terlalu besar berisiko longgar dan terlepas, terlalu sempit berisiko mudah sobek sehingga berisiko bisa hamil.
Baca Juga: Kabar Baik Bagi Penderita Diabetes yang Enggan Disuntik, Insulin Dalam Bentuk Tablet
Baca Juga: Jalan Sehat Untuk Kesehatan Ginjal, Cukup 30 Menit Setiap Hari
3. Suntik hormon
Suntik KB pria ini berisi hormon testosteron sintetis dan progestin (hormon wanita sintetis), untuk disuntikkan setiap 8 minggu sekali.
Tujuan dari suntik KB pria adalah untuk menurunkan kadar testosteron alami dalam tubuh pria guna menekan proses pematangan sperma-sperma muda.
Terapi hormon adalah terapi yang dinilai cukup aman dan efektif untuk dilakukan, karena bersifat sementara atau bisa kembali ke keadaan semula, karena tidak menyebabkan kemandulan permanen seperti pada vasektomi.
Sampai sejauh ini, suntik KB untuk pria masih bersifat eksperimental terbatas. Maka biaya untuk mendapatkannya pun cukup mahal.
Selain itu, layaknya pil KB wanita, suntik KB pria juga harus tepat waktu agar efektivitas kontrasepsi tetap terjaga. Pun metode kontrasepsi dengan hormon tidak bisa melindungi dari penularan penyakit seksual.
4. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi permanen. Untuk melakukan vasektomi, dokter bedah akan melubangi buah zakar untuk menarik saluran vas (saluran penyalur sperma), memotongnya, dan kemudian mengikat kedua ujungnya sebelum menutup kembali buah zakar dengan jahitan. Proses ini menyebabkan sperma tidak bisa bercampur lagi dengan air mani.
Apabila pasangan sudah yakin tidak ingin punya anak atau tidak ingin menambah keturunan lagi, vasektomi merupakan cara paling efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Baca Juga: Jangan Suka Berlama-lama di Kantor, Bahaya Hipertensi Mengintai
Baca Juga: 4 Jenis Obat Ini Tak Boleh Diminum dengan Teh, Akibatnya Bisa Fatal
Lebih dari 99% kasus vasektomi terjamin efektif untuk mencegah kehamilan. Vasektomi tidak akan menurunkan kadar testosteron, mengganggu gairah seks, kemampuan untuk ereksi, orgasme, maupun ejakulasi sehingga masih bisa berhubungan seks seperti biasa tanpa khawatir kebobolan.
Apa kekurangan dari metode ini? Vasektomi adalah prosedur operasi, sehingga dapat muncul beberapa komplikasi dan efek samping umum.
Misalnya perdarahan, infeksi, dan rasa tidak nyaman setelah tindakan tersebut dilakukan. Namun hal ini dapat ditangani dengan mudah.
Baca Juga: Sedang Tren, Penggunaan Obat Aspirin Untuk Mengatasi Jerawat
Baca Juga: Studi, Pemberian Air Gula Saat Imunisasi Bisa Tenangkan Bayi
Yang jelas vasektomi tidak dapat melindungi kita dari penyakit seks menular. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | WebMD,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar