GridHEALTH.id - Kegiatan belajar dengan tatap muka langsung di sekolah sudah dimulai sejak Juli lalu dan hanya boleh digelar di daerah berstatus zona hijau, tetapi nantinya dilakukan secara bertahap.
Demikian Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran baru di masa pandemi.
Adapun daerah yang berstatus zona kuning, oranye dan merah dilarang menggelar kegiatan belajar tatap muka langsung untuk menghindari anak terjangkit virus corona.
"Untuk saat ini, karena hanya 6% zona hijau, hanya merekalah yang dipersilakan mengambil keputusan untuk melakukan sekolah dengan tatap muka," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dalam keterangan pers, dikutip dari Kompas.com (15/06/2020).
"Sisanya dilarang (94%), karena ada risiko penyebaran Covid," imbuhnya.
Sampai Senin (17/08/2020) ada sekitar 94% daerah - ada 429 kabupaten/kota - yang berstatus zona merah, oranye dan kuning, sementara zona hijau baru sekitar 6% - yaitu 92 kabupaten/kota, menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Baca Juga: Awas, Berani Melanggar Protokol Covid-19 di Daerah Ini Denda 50 Juta
Kalau merujuk keterangan pers dari Nadiem, bagi peserta didik yang berada di zona merah, oranye dan kuning, maka mereka harus tetap belajar dari rumah.
Keputusan ini diambil pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendikbud, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Covid-19.
Namun demikian, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyesalkan keputusan pemerintah membuka sekolah melalui surat keputusan bersama 4 menteri (SKB) terkait pelaksanaan pembelajaran di di zona kuning dan hijau.
Ketua IDAI, Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) mengatakan pihaknya sempat diundang ke DPR dan sepakat agar sekolah tak dibuka dulu selama pandemi Covid-19 agar mengurangi risiko anak terjangkit virus corona.
Tetapi Aman menuturkan kesepakatan IDAI dan DPR tidak didengar pemerintah dalam mengambil keputusan. Padahal, Aman menuturkan pihaknya melihat banyak risiko penularan dan jumlah kasus virus corona yang menjangkiti anak.
"Saya diundang ke DPR, semua sepakat sekolah jangan dibuka dulu. Tapi apa suara DPR tidak didengar lagi sekarang? sekolah tetap dibuka. Kami nggak pernah ditanya baik di daerah maupun di mana mana. Sekarang silakan tanya ke seluruh ketua IDAI provinsi, berapa anak yang terpapar setelah sekolah dibuka," kata Aman dalam diskusi webinar menolak pembukaan sekolah tatap muka, Senin (17/08/2020).
"Kami kan tahu siapa (anak) yang meninggal dan bagaimana, tapi tidak ditanya. Entah siapa yang mengizinkan buka sekolah. Apakah yang mau sekolah, ini paham kasus ini bisa kejadian sama keluarga mereka, belum lagi anak-anak bisa menularkan kepada oma-opanya yang ada di rumah," imbuh Aman.
Baca Juga: Ferdinand Demokrat Sebar Hoaks Zona Hitam di Jakarta, Ini Kata Cawagub DKI Riza Patria
Baca Juga: Terbukti Bisa Melangsingkan Badan, Simpan Stok Jahe di Rumah
Aman menegaskan pihaknya tak sepakat pembukaan sekolah bedasarkan zonasi kasus virus corona. Menurutnya, meski zona hijau dan kuning, tak menutup kemungkinan adanya penularan virus.
"Ketentuan zonasi ini kita tidak sepakat. Pernah ada satu zona yang dikatakan hijau, saya telepon ketua IDAI-nya, bagaimana zona ini, 'oh kita ada kasus baru anak'. Zona ini kan seminggu dua minggu lalu, tapi kalau data kemarin bisa berubah lagi, ini sangat dinamis,"katanya.
Atas alasan ini, Aman meminta Kemenkes memberikan rekomendasi kepada Presiden Jokowi agar kembali menutup sekolah selama masa pandemi belum usai.
Dia berharap adanya kurikulum khusus yang mampu membantu guru selama belajar jarak jauh.
"IDAI mendorong Kemenkes untuk memberikan rekomendasi pada presiden untuk menutup sekolah dan madrasah bila didapatkan siswa dan santri yang sakit dan meninggal. Tapi kan tidak ditutup juga. Apa kita menunggu korban anak-anak lagi?," tanya Aman.
Baca Juga: Jadi Perokok Pasif, Bisakah Tertular Covid-19? Ini Kata Ahli
Baca Juga: Studi: Sering Orgasme Menandakan Hubungan yang Bahagia Pada Pasangan
"Guru sediakan kurikulum yang simpel dah sekarang. Untuk masyarakat juga yang penting membantu melindungi anak selama masa pandemi dan mengurangi risiko anak terjangkit virus corona," pungkas Aman.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,idai.or.id,Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar