GridHEALTH.id - Kasus lain infeksi ulang Covid-19 setelah dinyatakan sembuh telah dilaporkan, kali ini di penyedia perawatan kesehatan militer muda yang sehat di rumah sakit Departemen Pertahanan AS di Virginia. Dia pertama kali terinfeksi oleh seorang pasien pada bulan Maret.
"Dia sembuh dalam 10 hari dan kembali ke kesehatan yang prima," dokternya melaporkan di Clinical Infectious Diseases.
Tetapi 51 hari kemudian, pria ini tertular kembali oleh seorang anggota rumah tangga. Studi genetik menunjukkan infeksi pertama dan kedua berasal dari jenis virus yang sedikit berbeda.
Infeksi ulang membuatnya lebih sakit, mungkin karena jenis kedua lebih kuat, atau kontak rumah menularkannya dengan tingkat virus yang lebih tinggi, kata dokter.
Mungkin juga antibodi dari infeksi pertama mungkin telah memicu sistem kekebalannya untuk merespons lebih kuat terhadap virus saat tubuhnya bertemu kedua kali meski infeksi ulang Covid-19 masih jarang, kata mereka.
Kristian Anderson, profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research di La Jolla, California, mengatakan infeksi ulang virus termasuk infeksi ulang Covid-19 selalu memungkinkan.
Baca Juga: Sudah Sembuh, Pasien di Belgia dan Belanda Kambuh Lagi Covid-19
Baca Juga: 6 Cara Mudah Meredakan Nyeri Haid, Hemat Biaya dan Tanpa Repot
"Kami tidak tahu pada frekuensi apa infeksi ulang (dengan virus corona) terjadi dan bagaimana hal itu dapat berubah seiring waktu," kata Anderson.
Tanpa studi lebih lanjut, "Kami tidak dapat menyimpulkan apa arti satu kasus infeksi ulang untuk umur panjang dan ketahanan kekebalan Covid-19 dan relevansinya untuk vaksin di masa depan," tambah Anderson.
Memang, sirus corona penyebab Covid-19 merupakan penyakit baru, yang terus menunjukan perkembangan.
Banyak hal yang belum para ahli ketahui terkait penyakit Covid-19 ini, termasuk gejala yang bermacam-macam, dampak penyakit ini, termasuk juga penelitian vaksin dan obat yang ampuh menyembuhkan.
Bahkan yang menjadi perhatian para ahli di dunia saat ini adalah potensi infeksi ulang virus corona pada pasien yang telah dinyatakan sembuh alias infeksi berulang.
Diketahui beberapa waktu belakangan dilaporkan adanya temuan kasus infeksi berulang pasien sembuh Covid-19.
Temuan kasus ini membuat pernyataan tubuh akan kebal Covid-19 setelah terpapar pun terbantahkan.
Baca Juga: Makan Buah Baik Untuk Kesehatan, Tapi Ada yang Dilarang Buat Penderita Diabetes, Cek Buah Apa Saja
Baca Juga: Klaim Bahwa Perokok Kecil Risikonya Terinfeksi Virus Corona Masih Teka-teki, Apa Kata Ilmuwan?
Disebutkan The Guardian, tubuh manusia rupanya memiliki sistem tertentu yang tidak ramah untuk virus corona masuk untuk keduakalinya.
Setelah sembuh dari infeksi yang pertama, ada banyak sel-sel dalam tubuh yang tidak akan berubah meski virus telah dibasmi oleh sistem imun.
Salah satunya sel yang menjadi tempat virus menempel dan masuk ke dalam organ tubuh. Sel-sel ini tidak mengalami perubahan untuk mencegah terjadinya infeksi di waktu yang akan datang.
Jika pun infeksi kembali terjadi, maka virus akan berumur pendek dan infeksi akan berkurang sebelum penderita mengalami gejala lebih lanjut, sehingga bisa jadi seseorang tidak menyadari sama sekali bahwa dirinya tengah terinfeksi untuk kedua kalinya.
Kondisi ini membuat pasien tersebut berisiko besar menjadi penyebar virus corona.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun tak menampik bahwa pasien sembuh Covid-19, bisa saja terinfeksi virus kembali.
Pimpinan teknis untuk Covid-19 dari WHO, Maria Van Kerkhove, menyampaikan infeksi ulang masih dimungkinkan terjadi, meski seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 sudah memiliki antibodi tersendiri di dalam tubuhnya.
Baca Juga: Produsen Masker Kain Harus Segera Cantumkan SNI, Ini Syaratnya
Menurutnya, sebagaimana dikutip dari Fox News, tidak diketahui secara pasti berapa kuat imun tubuh dari virus corona dan berapa lama dia akan bertahan.
Terkait hal itu, Kherkove tetap mengimbau orang-orang tetap mempraktikkan jarak fisik, etika bersin, dan panduan kesehatan lain yang berlaku.
Van Kerkhove memperkirakan, jika seseorang kembali terpapar virus corona untuk yang keduakalinya, maka ada tiga kemungkinan yang mungkin terjadi.
Pertama, muncul gejala yang lebih buruk dari infeksi sebelumnya yang mengarah ke penyakit yang lebih parah.
Namun sejauh ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk hipotesis pertama, meski jumlah kasus di seluruh dunia sudah mencapai angka puluhan juta kasus.
Kedua, akan terjadi gejala yang sama seperti infeksi pertama.
Jika ini yang terjadi, kemungkinan besar tubuh tidak menyimpan memori imunologi yang memadai dari infeksi pertama, sehingga tidak ada cukup pertahanan untuk melindungi diri dari infeksi ulang di masa depan.
Terakhir, ada perbaikan gejala yang mengarah ke keluhan yang lebih ringan atau bahkan tidak ada sama sekali keluhan.
Baca Juga: Stok Darah di PMI Menipis, Mereka yang Bertato Tetap Bisa Donor Darah
Baca Juga: 10 Keuntungan Olahraga di Pagi Hari, Anti Polusi dan Tambah Semangat
Kemungkinan ketiga bisa terjadi ketika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, yang memproduksi antibodi dan respons memori yang bertahan cukup lama.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | The Guardian,Fox News,The Daily Sabah,Center for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar