Find Us On Social Media :

Mengenal Pemanis Buatan, Pengganti Gula yang Tetap Perlu Dibatasi

Penggunaan pemanis buatan tetap harus dibatasi meski fungsinya sebagai pengganti gula.

GridHEALTH.id -  Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan mengatakan, bahan tambahan pangan (BTP) yang berupa pemanis, pewarna, atau pengawet sebetulnya aman dikonsumsi jika jumlahnya tidak melebihi batas wajar.

Baca Juga: Pemanis Buatan Ternyata Bisa Menyebabkan Obesitas, Ini Penjelasannya

Apalagi jika sudah mendapatkan izin, maka ia percaya pangan tersebut aman untuk dikonsumsi. Namun, konsumsi dalam jangka waktu panjang dan terus-menerus tentu akan berdampak.\

Karena itu, pangan yang mengandung BTP pun harus mencantumkan peringatan. Terutama jika pangan tersebut berpotensi dikonsumsi oleh anak-anak di bawah usia lima tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui.

"Mereka yang masuk dalam kategori itu terbilang rentan sehingga sebaiknya tidak secara dini terpapar dengan bahan-bahan tambahan pangan," jelas Ali, dikutip dari Kompas Health (08/08/2019)

Diketahui konsumsi BTP, seperti pemanis, pewarna, atau pengawet, dapat meningkatkan risiko kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Dengan adanya peringatan, diharapkan konsumen mengetahui batasan-batasan konsumsi untuk dirinya sendiri.

Nantinya semua pangan wajib mencantumkan peringatan untuk kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) pada kemasannya. Hal itu sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 30 Tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan GGL dalam makanan.

Baca Juga: Deddy Corbuzier 5 Tahun Tak Sentuh Gula, Ini Manfaatnya Buat Tubuh

Biasanya, makanan atau minuman yang menggunakan label ‘sugar free’ atau ‘low calorie’ menggunakan pemanis buatan ini sebagai pengganti gula. Jadi, produknya tetap terasa manis meski tanpa ada gula di dalamnya.

Ada 6 jenis pemanis buatan yang disetujui penggunaannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia untuk digunakan sebagai bahan tambahan pangan (BTP). Keenam pemanis buatan tersebut memiliki profil yang berbeda-beda, seperti dikutip dari guesehat.com. 

Baca Juga: 4 Manfaat Minyak Bunga Sepatu, Rambut Berkilau Hingga Anti Penuaan

 

1. Aspartam

Aspartam digunakan secara luas sebagai pengganti gula pada sereal, permen karet, dan berbagai produk olahan pangan lainnya.

Aspartam adalah pemanis non-sakarida yang pertama kali disintesis pada tahun 1965 oleh seorang kimiawan bernama James M. Schlatter. 

Aspartam juga beredar dalam bentuk saset sebagai gula instan yang bisa langsung dikonsumsi. Aspartam memiliki tingkat kemanisan 100 hingga 200 kali gula (sukrosa).

Aspartam memiliki sifat tidak tahan panas, tidak untuk pengganti gula pada makanan yang membutuhkan proses pemanggangan (baking) dan pemasakan (cooking) di suhu panas.

Masalah kesehatan yang perlu diperhatikan untuk penggunaan aspartam adalah pada pasien dengan kondisi phenylketonuria (PKU), suatu penyakit genetik yang jarang terjadi.

Baca Juga: Ini Dia Alasan Dokter Melakukan Tes EKG Bagi Penderita Jantung  

Pasien PKU memilki kesulitan memetabolisme phenylalanine, struktur kimia yang terdapat dalam aspartam. Jadi, mereka tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung aspartam sebagai pemanis buatan.

 2. Acesulfam

Acesulfam atau biasa disebut acesulfame-K adalah pemanis buatan yang memiliki kadar kemanisan hingga 120 kali lebih manis dari gula sukrosa.

 

Baca Juga: Studi : Obat Hipertensi Berpotensi Digunakan Sebagai Obat Alzheimer

 

 

Kelebihan acesulfam tahan terhadap suhu panas, sehingga cocok digunakan dalam proses memanggang dan memasak.

Namun, pemanis buatan yang satu ini juga memiliki kelemahan, yakni ada rasa pahit saat ditelan. Karenanya, acesulfam biasanya digunakan dalam kombinasi dengan sukralosa atau aspartam untuk menutupi efek rasa pahit tersebut.

3. Sukralosa

Sukralosa pertama kali disintesis sekitar tahun 1976 dan memiliki kadar kemanisan 450 hingga 650 kali lebih manis dari gula sukrosa.

Baca Juga: 7 Penyakit Berisiko Muncul Bila Gangguan Diabetes Tidak Dikelola

 

4. Sakarin

Dari semua pemanis buatan yang sering digunakan dalam makanan dan minuman, mungkin sakarin (saccharin) adalah yang paling ‘tua’. Ia ditemukan sekitar tahun 1879 di Amerika Serikat.

Sakarin adalah pemanis buatan dengan tingkat kemanisan kurang lebih 300 kali lebih manis daripada sukrosa. Hingga kini, sakarin masih disetujui oleh Badan POM untuk digunakan sebagai pemanis buatan.

5. Siklamat

Pemanis buatan yang satu ini disintesis sekitar tahun 1937. Siklamat (cyclamate) memiliki tingkat kemanisan 30 kali lebih manis dibanding gula sukrosa.

Baca Juga: Aromaterapi Lavender, Paling Baik Mengatasi Insomnia Secara Alami

Namun seperti halnya acesulfam, siklamat memiliki after taste rasa pahit, yang dapat hilang jika siklamat dikombinasi dengan sakarin.

6. Neotam

Jika sakarin adalah pemanis buatan ‘tertua’, maka neotam (neotame) ini terbilang yang paling 'muda'. Neotam disetujui penggunaannya sebagai pemanis buatan sekitar tahun 2000-an di Amerika Serikat.

 

Baca Juga: Sedang Jadi Tren, Posisi Satu Menit 'Plank' Untuk Manfaat Kesehatan

 

Kini juga disetujui penggunaannya di Indonesia. Neotam memiliki kadar kemanisan 7.000 hingga 13.000 lebih manis daripada gula pasir biasa. (*)

#berantasstunting