GridHEALTH.id - Tidur telah menjadi bagian peradaban sejak awal umat manusia. Bahkan di dalam agama dan budaya sejak awal.
Begitupun, sejak agama Islam muncul pada abad ke 7 Masehi, banyak prinsip kebersihan, kesejahteraan dan kesehatan yang terkait dengan tidur yang cukup, dan pemahaman tentang tidur sebagai keadaan yang dinamis semuanya terlihat dari proses eksplorasi tradisi Islam tersebut.
Islam menganggap tidur sebagai salah satu tanda besar pencipta (Allāh SAW) dan meminta penganutnya untuk mengeksplorasi tanda ini.
Salah satu ayat Al-Qur'an mengatakan, “Dan di antara tanda-tanda-Nya adalah tidurmu pada malam dan siang hari dan pencarianmu akan karunia-Nya, sesungguhnya di dalamnya ada tanda-tanda bagi mereka yang menyimak” (30.23).
Dua sumber hukum Islam adalah Al-Qur'an dan Hadits. Al-Qur'an berisi 114 sūrat, yang diturunkan dari Tuhan (Allāh) kepada Nabi Muhammad, saw, melalui malaikat Jibril antara 610 dan 632 Masehi.
Hadis adalah riwayat tentang perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW dan merupakan alat penting untuk memahami dan menafsirkan Al-Qur'an.
Baca Juga: Selamat Datang Ramadan! Enggak Main-main, Ternyata Ini Efek Dahsyat Puasa Bagi Kesehatan Tubuh
Baca Juga: Laporan WHO : 1,1 Miliar Remaja Berisiko Kehilangan Pendengaran Karena Volume Musik Keras
Sejalan dengan prinsip Islam, pengobatan modern telah menunjukkan bahwa tidur memiliki fungsi fisiologis esensial, dan kurang tidur memiliki efek merusak pada sejumlah fungsi tubuh.
Namun, literatur Islam pertama kali sudah menekankan pentingnya tidur yang cukup di malam hari sekitar 1400 tahun yang lalu.
Lihat postingan ini di Instagram
Beberapa Hadis Nabi Muhammad SAW menekankan hal ini. Salah satu hadits dalam Sahih Al-Bukhari (SB) menyatakan bahwa Nabi (SAW) mengatakan kepada salah satu sahabatnya yang sedang salat sepanjang malam untuk segera tidur.
"Salat dan juga tidur di malam hari sama pentingnya, karena tubuhmu berhak atasmu (SB 1874).
Hadits lain mengatakan, “Jika ada di antara kamu yang mengantuk saat salat, dia harus pergi tidur (tidur) sampai tidurnya selesai” (SB 210).
Hadis ketiga menjelaskan bagaimana Nabi (SAW) memasuki Masjid dan melihat tali tergantung di antara dua pilarnya.
Dia berkata, "Tali apa ini?" Orang-orang berkata, “Tali ini untuk Zainab yang, ketika dia merasa lelah memegangnya (untuk tetap berdiri untuk salat.)”
Baca Juga: Tips Hindari Gangguan Asam Lambung, Kurangi Gula Hingga Rajin Minum
Baca Juga: Uni Eropa dan Inggris Hentikan Uji Coba Vaksin Covid-19 AstraZeneca Pada Anak
Nabi (SAQ) berkata “Jangan gunakan itu. Lepaskan talinya. Anda harus berdoa selama Anda merasa aktif, dan ketika Anda lelah pergilah tidur ”(SB 1099).
Tidur lebih awal dan bangun lebih pagi sangat dianjurkan dalam budaya Islam. Ini karena pola tidur umat Islam dipengaruhi oleh waktu salat.
Muhammad (SAW) juga mendorong teman-temannya untuk tidak aktif setelah salat gelap (Isya) (kira-kira 2 jam setelah matahari terbenam).
Nabi (SAW) dilaporkan berkata, “Seseorang seharusnya tidak tidur sebelum salat malam (kegelapan), atau berdiskusi setelahnya” (SB 574).
Muslim diharuskan untuk melakukan salat wajib lima waktu (As-Salāt) setiap hari selama waktu-waktu tertentu dalam sehari.
Mengikuti waktu salat sangat memengaruhi waktu tidur dan paparan cahaya. Waktu salat Islam awalnya diatur sesuai dengan pergerakan matahari.
Karena kemiringan bumi, rotasi dan revolusinya mengelilingi matahari, berbagai garis lintang lokasi bumi, dan penghematan waktu siang hari, waktu untuk salat wajib ini tidak tetap dan dipengaruhi oleh musim dan lokasi.
Baca Juga: Pertanyaan Awam di Bulan Ramadan, Bisakah Orang Dengan Gangguan Mental Ikut Berpuasa?
Baca Juga: Keguguran Bisa Menandakan Adanya Masalah Kesehatan Lain, Studi
Lantas, di bulan Ramadan, bagaimanakah waktu tidur yang digunakan Nabi (SAW) agar tidurnya tetap cukup, dan terpentingnya tidak mengganggu ibadah puasa dan salatnya?
Ternyata Nabi (SAW) mempunyai trik tersendiri, yaitu Nabi (SAW) biasa tidur sebentar sebelum salat siang (Dhuhur), tindakan ini dinamakan qailulah, sehingga beliau mudah bangun malam untuk melakukan ibadah.
Nabi (SAW) bersabda dalam sebuah hadits yang dilaporkan oleh Ibnu Abbas (RA) melalui Ibnu Majah berkata bahwa Nabi (SAW) bersabda: “Carilah kekuatan melalui suhur untuk berpuasa keesokan harinya dan melalui qailulah (tidur siang sebelum siang) untuk mendirikan ibadah malam (riwayat diri Ibnu Majah).
Baca Juga: 2 Hal Yang Harus Diketahui Penyandang Gangguan Jantung Tentang Vaksin Covid-19
Baca Juga: Melakukan Facial Wajah di Salon, Amankah Bagi Penyandang Diabetes?
Cara Nabi (SAW) ini pantas ditiru agar kita juga tidak loyo menghadapi puasa dan tetap segar saat beribadah.(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | US National Library of Medicine,National Institute of Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar